Hingga penghujung Februari 2018, pendalaman Alkitab di YLSA dilakukan dengan materi renungan dari buku "Ditetapkan untuk Menghasilkan Buah" karangan Pdt. Michael Densmoor, M.A.. Setelah menghayati kerendahan hati sebagai karakter Kristus pada Januari lalu, kali ini seluruh staf YLSA belajar dari tiga renungan bertema "harga menjadi murid Kristus". Seluruh rangkaian renungan ini memberi teguran keras yang menyadarkan kami tentang betapa seriusnya sikap hati yang harus dimiliki oleh seorang murid. Berikut ini adalah kesimpulan hasil belajar kami.
1. |
Melaksanakan Bagian Kita
Ayat bacaan: Yohanes 13:33
Dimulai dengan telaah atas Yohanes 13, Pdt. Densmoor mengaitkan Paskah yang diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya dengan arti Paskah dalam Perjanjian Lama (lihat Keluaran 12:26-27). Perayaan Paskah adalah cara Allah untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa Allah menyelamatkan manusia dari dosa mereka. Ketika Yesus merayakan Paskah bersama murid-murid-Nya, Ia tidak hanya mengenang kembali karya Allah yang agung, tetapi juga mendefinisikan ulang hubungan antara diri-Nya dengan para murid-Nya. Pada perayaan Paskah saat itu, Yesus mulai menyebut mereka sebagai "anak-anak". Status sebagai "anak" membawa para murid menjadi bagian dari rencana Bapa untuk keselamatan dunia, yakni untuk tinggal di dunia dan memberitakan Injil, sementara Ia sendiri akan pergi ke Golgota untuk mati di kayu salib. Itulah bagian Yesus dan bagian para murid. Jadi, sebagai pengikut-Nya, kita mesti menyesuaikan fokus kita dengan prioritas-Nya, dan bukan menuruti keinginan pribadi, sekalipun itu adalah pergi ke surga bersama Yesus. Belum waktunya bagi orang percaya untuk ikut ke mana Yesus pergi sekalipun kita menginginkannya, sebab bagian kita adalah menyebarkan Kabar Baik selama kita masih hidup di dunia. Dengan penyertaan Roh Kudus yang dicurahkan bagi orang percaya, kita semua harus menjalankan Amanat Agung dan bersaksi tentang kematian dan kebangkitan Kristus.
|
2. |
Kasih Penuh Pengorbanan
Ayat bacaan: Yohanes 13: 34-35
Perintah baru yang Yesus sampaikan kepada murid-murid menjelang kepergian-Nya berfokus pada satu prinsip utama, yaitu kasih. Kasih sendiri telah lama diwahyukan Allah kepada umat Israel sejak zaman Perjanjian Lama (PL), tetapi disebut sebagai perintah baru, sebab dunia belum mengerti seperti apa kasih yang Allah kehendaki, yaitu kasih yang berdasarkan pada penyangkalan diri dan pengorbanan, serta dengan sepenuh hati menaati Dia. Di tengah dunia yang mengalami kekurangan kasih dan hanya mengenal kasih yang egois tanpa mempertimbangkan apa yang paling baik bagi orang lain, Allah menghendaki ketaatan yang lahir dari hati sebagai wujud kasih kita kepada-Nya, bukan ketaatan lahiriah semata atau legalisme dengan hati yang dingin.
Karena itu, sebagai refleksi, kita dapat bertanya kepada diri masing-masing: Bagaimana kita menjalani kehidupan ini dan apa motivasi di balik perilaku ketaatan kita? Yesus memberikan teladan kasih yang rela berkorban sebagai karakter Kristus. Jika kita juga menerapkannya, bukan hanya dalam perbuatan lahiriah yang tampak, melainkan menjadikannya pola pikir serta prinsip yang mengakar dalam seluruh aktivitas kita, dunia akan melihat Kristus dan ingin menyembah Dia.
|
3. |
Bersedia Mati
Ayat bacaan: Yohanes 13:36-38
Setelah belajar untuk menyesuaikan diri dengan perintah Allah, berkomitmen memberitakan Injil, dan melakukannya dengan kasih yang tulus, dalam renungan ketiga ini kami diingatkan kembali akan harga yang mahal untuk menjadi pengikut Kristus. Seberapa murni kasih kita ditentukan oleh seberapa rela kita melepaskan semuanya, termasuk nyawa kita, demi Injil. Dalam renungan ini, kami belajar dari tokoh Petrus, bagaimana ia dengan sombong berkali-kali menegur Yesus, seolah lebih tahu dari Gurunya, tetapi pada akhirnya justru ia menyangkal Yesus.
Melalui semua itu, firman Tuhan membukakan mata kita bahwa semangat pribadi saja tidak cukup untuk menjadikan kita murid yang setia, apalagi rela berkorban, karena natur manusia pada dasarnya egois, mencari keamanan atau keuntungan diri sendiri. Tanpa kekuatan dari Roh Kudus, menyangkal diri dan rela mati bagi Allah adalah hal yang mustahil. Oleh sebab itu, tidak ada yang dapat kita banggakan karena kemampuan untuk taat berasal dari-Nya. Sekarang, Roh Kudus telah ada di bumi, bekerja dengan penuh kuasa di tengah orang percaya bagi gereja dan dunia. Kiranya kita bersedia tunduk pada pimpinan-Nya dan rela mengorbankan segala sesuatu (bahkan nyawa) bagi pekerjaan-Nya.
|
Kami informasikan sekali lagi bahwa bahan-bahan renungan ini juga kami pasang di Facebook Ayo PA tiap Selasa -- Kamis selama Januari -- Maret 2018. Mari bergabung bersama kami untuk mendiskusikan renungan-renungan tersebut dan bersama-sama menggali berbagai pelajaran iman yang bisa didapatkan. Untuk bergabung, silakan membuka tautan berikut ini: http://www.facebook.com/ayo.ayo.pa.